PEMERIKSAAN SGOT, SGPT DAN KREATININ PASIEN TUBERKULOSIS PARU PENGOBATAN FASE INTENSIF DAN LANJUTAN DI KECAMATAN TAMPAN
Abstract
Tuberkulosis paru adalah penyakit yang di sebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang sistem pernapasan paru-paru. Pada 2019 Kota Pekanbaru memiliki 1543 kasus TB. Pengobatan TB diberikan paket (isoniazid, pirazinamid, rifampisin, ethambutol, streptomisin) yang di konsumsi dengan ketentuan selama 6 bulan pengobatan. Pada pengobatan OAT terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif pada 2 bulan pertama pengobatan dan fase lanjutan pada 4 bulan pengobatan lanjutan. Penggunaan OAT dalam jangka panjang mempunyai risiko hepatotoksisitas ditandai dengan adanya peningkatan enzim transaminase. Pemeriksaan SGOT, SGPT dan Kreatinin dilakukan kepada penderita tuberkulosis yang sedang mengkonsumsi OAT sebanyak 20 responden, Metode IFCC without P-5-P digunakan untuk menentukan nilai SGOT dan SGPT, sedangkan pemeriksaan kadar Kreatinin menggunakan metode Jafee/Picrate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantang nilai SGOT pasien laki-laki 18-45 U/L sedangkakan perempuan 12-44 U/L. Rentang nilai SGPT pasien laki-laki dan perempuan adalah 8-61 U/L. Sedangkan kadar kreatinin pasien laki-laki 0,77-0,98 mg/dl dan perempuan 0,47-1,80 mg/dL. Peningkatan nilai SGOT, SGPT dan Kreatinin lebih didominasi oleh pasien yang sudah berada pada fase pengobatan lanjutan tetapi tidak terlalu jauh dari nilai normal masing-masing pemeriksaan. Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa OAT masih batas aman untuk dikonsumsi pada penderita TB digunakan sesuai aturan dan diawasi oleh petugas kesehatan.
References
Amalia, R., Lestari, R., & Cholidah, R. (2022). Hubungan Fase Pengobatan Tuberkulosis dengan Status Gizi Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Cakranegara. Lombok Medical Journal, 106-111.
Aminah, S. (2013). Perbedaan Kadar SGOT, SGPT, Ureum, dan Kreatinin pada Penderita TB Paru Setelah Enam Bulan Pengobatan. Jurnal Analis Kesehatan, 260-269.
Annisa, R., Fauzi, Z., & Fridayenti. (2015). Perbedaan Kadar SGPT pada Pasien Tuberkulosis Paru Sebelum dan Sesudah Fase Intensif di Poliklinik Paru RSUD Arifin Achmad. Jurnal Onilen Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, 1-10.
Auliyah, A., & Sari, Y. (2020). gambaran SGOT dan SGPT pada Penderita Penyakit Tuberkulosis Paru Dalam Masa Pengobatan 6 Bulan di Rumah Sakit Umum Wisata Universitas Indonesia Timur. Jurnal Media Laboran, 6-10.
Burhan, E., Soeroto, A. Y., & Isbaniah, F. (2020). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Denrison, P., & Erdiana, G. (2019). Analisa Kadar Kreatinin Darah pada Penderita TB Paru yang Telah Mengkonsumsi Obat Anti Tuberkulosis Lebih dari 4 Bulan di UPT Kesehatan Paru Masyarakat Medan. Jurnal Analis Laboratorium Medik, 40-45.
Fortuna, T., Rachmawati, H., Hasmono, D., & Karuniawati, H. (2022). Studi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Tahap Lanjutan pada Pasien Baru BTA Positif. Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia, 62-71.
Herimen, J. (2021). Profil Kesehatan Provinsi Riau. Pekanbaru: Dinas Kesehatan Provinsi Riau.
Ningrum, T., & Rahmi, M. (2020). Deskripsi Efek Samping Obat Anti TB pada Pasien TB yang Sedang Menjalani Pengobatan TB di Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Jurnal Keperawatan Abdurrab, 60-65.
Nursidika, P., Furqon, A., Hanifah, F., & Anggraini, D. R. (2017). Gambaran Abnormalitas Organ Hati dan Ginjal Pasien Tuberkulosis yang Mendapat Pengobatan. Jurnal Kesehatan Kartika.
Risam, & Rahman, A. (2022). Pengaruh Lama Waktu Konsumsi Obat pada Penderita TB Terhadap Kadar Kreatinin dan Ureum di Laboratorium RSUW UIT Makassar 2018. Jurnal Media Laboran.
Copyright (c) 2024 AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.